[DRAMA PAHLAWAN] : SERAGAM TNIku BERSIMBAH DARAH
Scene
1 (Int. Markas Teroris)
Pemain:
Militan 1,2,3,4(wanita)
Sore
menjelang malam. Kicau burung tak lagi terdengar digantikan suara lolongan
anjing yang menggema terpantul tebing. Matahari telah tenggelam di ufuk barat.
Langit berwarna kuning kemerahan dan lama kelamaan menjadi gelap sekelam malam.
Bintang tak ada yang menghiasa awan sedikitpun. Terlalu takut pada kenyataan.
Bahwa sesungguhnya dunia memang tak sanggup lagi menjadi lahan kekerasan di
muka bumi ini.
Disinilah
kelompok fanatik agamais terlahir. Markas besar ISIS atau yang kita kenal
dengan Islamic State Of Irak And Suriah.
Bernama kota Hawija. Letaknya 150 kilometer dari selatan Mosul. Dekat dengan
dua provinsi Sunni yaitu Anbar dan Kirkuk. Pintu masuk gerbang utama kota ini
dibangun markas yang digunakan untuk membicarakan rencana apa yang selanjutnya
mereka lakukan.
Terlihat
beberapa orang di ruangan itu serius memusyawarahkan sesuatu.
Militan 1:
Negara mana lagi yang menjadi incaran kita?
Militan 2:
Prancis.
Militan 3:
Negara yang dipimpin oleh Holland itu?
Militan 2:
Iya.
Militan 3:
Aku yakin sekali kita bisa mengalahkan mereka seperti sebelum-sebelumnya. Yah, sebelumnya
kita telah berhasil mengkambinghitamkan suku Arab dan Kurdi di Kurdistan pecah.
Ingatkah kalian dengan kekuatan militer Kurdistan yang jauh dibawah kekuatan
kita? Aku ingin tertawa jika mengingatnya.
Militan 2:
Jangan menyepelekan kekuatan militer negara saingan kita, apalagi Prancis. Negara
mereka masuk ke dalam kekuatan militer terbesar di dunia tahun ini. Kita harus
tetap waspada.
Militan 1:
Tak ada lagi yang perlu diwaspadai. Aku sudah muak melihat mereka masih
berkeliarkan bebas di sekitar kita. Maksudku, Prancis bersekutu dengan Amerika
Serikat dan mereka sudah kita putuskan menjadi musuh utama kita. Kita tak perlu
segan menghancurkan mereka, kalau perlu sampai tak tersisa.
Militan 2:
Benar, itu memang tujuan utama kita. Sudah menjadi rahasia umum jika dulu
Amerika Serikat selalu memperlakukan kita layaknya budak. Kini sudah saatnya
kita membalas dendam.
Militan 4 (wanita): Agenda balas dendam ini telah kuresapi
hingga darah dagingku. Mereka harus membayar kematian suami dan anakku.
Militan 1:
Kita harus menyusun rencana matang agar penyerangan kali ini berjalan tanpa
hambatan.
Militan 3:
Bagaimana jika dua hari lagi? Kudengar dua hari lagi, sebuah band terkenal
mengadakan konser disana dan pada hari yang sama diadakan pertandingan
sepakbola persahabatan antara Negara Jerman dan Prancis. Otomatis massa banyak
berkumpul di kedua tempat itu. Tempat seramai itu bagus dijadikan wilayah
penembakan.
Militan 2:
Informasi yang bagus. Setelah ini kita harus menghubungi orang kita untuk
dikirim ke sana. Beritahu mereka untuk melakukan serangan secara hati-hati agar
tidak terlalu mencolok, setelahnya lakukan seperti biasa.
Militan 1,3,4: Baik.
Militan 1:
Setelah Prancis negara mana lagi yang menjadi incaran kita?
Militan 2:
Indonesia. Tak usah memikirkan negara lain dahulu, sekarang waktunya kita fokus
pada Negara Prancis.
Militan 4:
Negara berpenduduk islam terbesar di dunia itu?
Militan 3:
Kau benar sekali. Aku menganalisis, ini akan berlangsung sengit.
Militan 2:
Akupun merasakan hal yang sama.
Scene
2 (Int. Ruang Keluarga)
Pemain:
Arti, Mak Ijah
Sore
itu, Arti baru saja pulang dari kampus tempatnya menuntut ilmu. Arti merasa tas
ransel yang digendongnya terasa dua kali lebih berat dari biasanya. Entah ia
yang merasa terlalu kecapaian atau bagaimana. Yang pasti sekarang ia hanya
ingin beristirahat.
Arti:
(meraih televon genggam yang ia simpan di
saku belakang) (mengotak atik HP) (tidak menemukan satupun pesan singkat atau
missed call) VO- Dasar! Apa enaknya punya
kekasih tentara? Hufhh.. dia tak pernah mengabariku satu minggu belakangan ini. (memanyunkan
bibir) VO- eh tapi iya sih. Diakan memang
jarang memegang HP. Err apa dia lupa padaku ya? Tidak! Tidak mungkin. Arti
tetaplah berpikir positif.....(memukul
kepalanya) (mengambil remot) (mengganti channel televisi) (channelnya berhenti
pada salah satu stasiun televisi)
(SUARA
BERITA)
Arti:
Ya Tuhan. ISIS kejam sekali... bagaimana ada makhluk sejahat mereka di muka
bumi ini... Prancis pasti sangat berduka.
Mak Ijah:
(masuk panggung) Non...Kalau non Arti
mau mandi bibi sudah siapkan air panas non. (menunjuk
kamar mandi) Bibi mau belanja ke supermarket dulu non. Sayur dan
buah-buahan di kulkas sudah habis. Bibi pergi dulu ya non ...(keluar panggung).
Arti:
Iya bi. Terima kasih. Uhh, bibi kok tahu ya aku butuh air. Tapi emang sih.. (mencium keteknya) kenapa aku bau sekali?!.
Aku harus mandi! (berjalan keluar panggung)
Scene
3 (Int. Markas Besar TNI)
Pemain:
Panglima, Anggota-anggota TNI.
Sedangkan
malam itu di markas besar TNI, semua anggota dari mulai angkatan darat, laut
dan udara dikumpulkan untuk diberikan informasi dan pengarahan berkaitan dengan
meningkatnya aksi terorisme yang mulai menghantui Indonesia.
Panglima TNI: Malam semua!
TNI:
Malam!
Panglima TNI: Kepala BIN telah memberikan informasi bahwa
hackers yang mengatasnamakan dirinya ‘Anonymous’ telah mengobrak abrik pola
pertahanan ‘tak terlihat’ ISIS. Kepala BIN menyatakan bahwa cepat atau lambat,
ISIS akan segera menyerang Indonesia khusunya di daerah-daerah pondok
pesantren. Sudah menjadi kewajiban hidup dan mati kita untuk mempertahankan
kedaulatan Negara Republik Indonesia dari aksi terorisme. Apakah kalian semua
siap?!
TNI:
Siap!
Panglima
TNI: Isu ini berkembang di masyarakat tanpa klarifikasi, maka dari itu kita
harus membuktikan bahwa kita mampu menjaga NKRI ini seutuh-utuhnya tanpa
terkecuali.
TNI:
Siap!
Panglima TNI: Kita harus belajar dari serangan Prancis oleh ISIS
kemarin. Banyak korban tewas serta banyak juga anak-anak yang harus rela
kehilangan kedua orang tuanya. Jangan sampai peristiwa yang sama terjadi pada
Indonesia. Mulai besok kita harus tingkatkan intensitas latihan kita.
TNI:
Siap!
Panglima TNI: Cukup itu saja informasi singkat hari ini,
sekarang kalian boleh kembali ke tempat masing-masing.
TNI:
Siap!
Scene
4 (Eks. Taman)
Pemain:
Arti, Bima, dll.
Matahari
bersinar begitu terik tepat diatas ubun-ubun. Udara panas luar biasa karena
telah memasuki awal musim kemarau. Tapi tidak untuk sepasang anak adam yang tengah
memadu kasih di pinggiran danau. Perjalanan dari kampung halaman mereka sampai
tiba di danau itu ditempuh dalam waktu 10 menit. Walau begitu, tetap saja
terasa sangat melelahkan bagi si wanita, kalau si pria sudah terbiasa berjalan
kaki bahkan lebih karena dirinya sering latihan fisik saat masih bertugas.
Arti:
Kamu bawa aku jalan jauh banget dari rumah. Kenapa enggak pake motor atau
mobil? Kan lebih nyaman.
Bima:
Hehe, maaf ya... aku cuma ingin menghabiskan waktu kita berdua seharian ini.
Mumpung masih hari raya idul fitri jadi aku masih diberi waktu libur. Kalau
menunggu sampai 2 hari lagi, aku sudah kembali bertugas jadi enggak bisa.
Arti:
Iya ya.. Hummm ngomongin libur aku kadang kangen loh liburan bareng kamu maen
ke pantai gitu kan seru tuh ngajak orang tua kita sama adikku juga. Kayaknya
udah jarang banget..
Bima:
Iya ya, kapan-kapan. Aku bakal ajak kamu jalan-jalan lagi kok. Err tapi enggak
sekarang ya. Ehehehhe.
Arti:
(senyum kecil) Aku cuma bercanda kok.
Lagian keluar berdua bareng sama kamu gini aku udah bahagia. Sunyi, sepi cuma
kita berdua. Keliatannya sih, cuma di pinggir danau tapi aku bakal dedikasiin
deh kalau danau ini jadi tempat terindah nomor satu di dunia! Hiihihi...
Bima:
Kamu bisa aja.. (senyum kecil). Oh
iya, aku mau ngomong sesuatu sama kamu.
Arti:
Hm, ngomong apa?
Bima:
Arti, aku mau minta maaf selama ini jika aku sering ninggalin kamu. Aku juga
jarang menghubungi kamu. Aku hampir enggak pernah ada di samping kamu setiap
hari. Aku juga bukan orang yang romantis. Aku cuma orang biasa, yang enggak
bisa ngajak kamu pergi ke restoran mewah di kota. Aku hanya bisa ajak kamu
kesini. Kuharap kamu enggak kecewa...
Arti:
............ maksud kamu apa?
Bima:
Kamu tahu ISIS kan? Kamu sering lihat berita kan? Mereka itu kejam. Di belahan
bumi utara sana negara-negara sedang memerangi ISIS. Aku tidak menyumpah, tapi
pasti suatu saat para terorisme akan datang ke Indonesia. Mereka datang sebagai
musuh. Dan aku sebagai anggota TNI Indonesia dituntut harus siap kapanpun.
Entah itu siap perang, siap kehilangan, bahkan siap mati. Aku harus menyiapkan
mental luar biasa besar untuk menghadapi mereka.
Arti:.........
Bima:
Awalnya aku merencanakan bahwa aku akan melamarmu di tepi danau ini. Biarkan
danau ini menjadi saksi bisu pertunangan kita. (menggenggam tangan Arti) Kamu mau janji ‘kan sama aku? Jika suatu
saat aku masih diberi kesempatan untuk hidup setelah ini maukah kau akan terus
mencintaiku hingga akhir hayatku? Terdengar egois memang, tapi bagiku tanpa
dirimu aku bukanlah apa-apa.
Arti:.............
Bima:
Dan jika suatu saat aku tidak pernah kembali lagi, aku hanya memohon satu
permintaan padamu. Carilah penggantiku dan kebahagiaanmu sendiri. Aku tidak
bisa menjamin sampai kapan aku akan hidup. Tapi jika memang hal itu terjadi
dimana aku pulang hanya tinggal nama saja, akan kuucapkan sekarang bahwa terima
kasih Arti kau selalu berada di sampingku selama ini.
Arti:
Enggak bisa begitu! Kamu ngomong apa?!
Bima:
Arti....
Arti:
Aku enggak pernah kecewa kamu itu seperti apa. Aku enggak pernah kecewa walau
kamu cuma bisa ketemu sama aku satu tahun sekali. Tapi, Aku pernah kecewa kalau
kamu sering enggak ada buat aku dan jarang di samping aku. Tapi itu udah lewat
dan aku udah terbiasa dengan semua itu!
Bima:
Arti......
Arti:
Jangan katakan kematian untuk sekarang. Kamu dan aku masih muda. Kita masih
bisa melanjutkan hidup kita setelah ini. Kita akan membentuk keluarga kecil
yang bahagia dengan kamu yang jadi kepala keluarganya dan aku yang menjadi ibu
rumah tangganya. Pikirkan kebahagiaan masa depan kita Bima. Jangan pikirkan
yang lain...
Bima:
(memeluk Arti) aku minta maaf Arti... aku sayang kamu.....
Scene 5
(Int. Di dalam rumah-Sofa)
Pemain:
Mak Ijah, Arti.
Mak Ijah:
(Mak Ijah membangunkan Arti yang
mengigaukan nama Bima) Non... Non.... Bangun non....Udah malam waktunya
makan malam non. Non... (Mengguncang
pelan tubuh Arti).
Arti:
Bima.... Hikss... (air mata menetes dari
kedua bola matanya)
Mak Ijah:
Non..Non Arti! (berteriak di samping
telinga)
Arti:
Astaghfirullahaladzim! Bibi.. (kaget dan
langsung bangun) (celingukan). Loh bibi ngapain disini? (merasakan asin di bibirnya) Loh kok
asin ya?.
Mak Ijah:
Ya ampun non... Non Arti enggak inget? Tadi non Arti memanggil mas Bima terus
sambil nangis. Saya kan khawatir non...
Arti:
(melamunkan sesuatu) VO- Jadi, yang tadi itu Cuma mimpi.. Ya Tuhan.. ada apa
dengan semua ini? Kenapa aku memimpikan Bima? Kenapa seakan-akan dia akan
meninggalku pergi setelah ini? Ya Tuhan.. lindungi dia..
Mak Ijah:
Non Arti..
Arti:
(terkejut) Eh, iya bi..
Mak Ijah:
Non Arti kan melamun lagi. Sudah non, jangan melamun terus nanti kemasukan lho.(menepuk pundak Arti) Non, bibi tinggal
masak dulu.
Sepeninggal
Mak Ijah, Arti masih saja memikirkan mimpi yang mendatanginya 10 menit yang
lalu. Ia merasa de javu. Seakan-akan
mimpi tersebut terasa tidak asing dan pernah ia alami. Terhitung sudah hampir
ke tiga kalinya dalam seminggu ini ia mengalami mimpi yang sama. Dalam hati
kecil terdalam dirinya, ia bertanya-tanya. Sebenarnya apa yang terjadi dengan
Bima disana?
Scene 6
(Int. Gudang Peralatan TNI)
Pemain:
Agus, Bima, Dimas, dll
Sesuai
perintah Panglima TNI, Bima diberi tugas menjadi komandan saat penyerangan
besok. Hari ini Bima dan beberapa anggota TNI lainnya segera mempersiapkan
alat-alat yang sering dibawa saat ke lokasi TKP, dari mulai Senjata Sub Mesin
MP5 hingga Senapan Serbu SSI.
Bima:
(melap senjata)Akhir-akhir ini entah
mengapa aku begitu rindu dengan Arti Gus..
Agus:
Ckckckck Bro bro.. kau itu malah rindu-rinduan. Kupikir komandan terdisiplin
tidak bisa merasakan rindu. Mana rindunya sama pacarnya, bukan sama orang
tuanya.. payah kau ini.
Dimas:
Kau kira hanya kau saja Bima yang rindu orang terdekat. Akupun begitu. Aku
sangat rindu juga pada kedua anakku di rumah. Kalau mereka boleh dibawa ke
sini, aku ajak mereka ke sini. Tapi sayangnya itu tidak boleh.
Bima:
Sudah-sudah aku minta maaf. Aku yang mulai membicarakan rasa rinduku dengan
Arti. Lanjutkan saja membersihkan senjata kalian dan jangan lupa membawa
persediaan peluru. Kalau bisa teman yang satu mengingatkan teman yang lain.
Jadi, kita semua saling mengingatkan. Dalam keadaan genting seperti ini, kita
tidak boleh lengah sedikitpun.
Agus:
Ya, komandan benar.
Bima:
Lokasi penyerbuan kita besok di Pondok Pesantren Karawang yang menjadi target
utama teroris.
Dimas:
Kenapa harus kita yang ditugaskan langsung di lokasi utama? Padahal TNI muda
lain masih banyak.
Bima:
Mereka belum punya cukup pengalaman Dimas. Lagipula besok bukan kita saja yang
ditugaskan disana, tapi ada 4 orang tambahan lain dan juga para TNI muda yang
berjaga di sepanjang lokasi yang dianggap mencurigakan. Mereka tetap membantu
kita pada posisi jarak jauh
Agus:
Iya, senior seperti kita lebih berpengalaman dalam memberantas teroris.
Bagaimanapun, kita harus bisa menyelesaikan misi ini dengan sempurna. Agar
tidak ada yang berani lagi teroris-teroris baru yang masuk atau berkembang di
Indonesia. Jika kita berhasil memberantas mereka dengan baik, rakyat Indonesia
tak perlu takut lagi setelahnya.
Bima dan Dimas: kitapun mengharapkan hal yang sama..
Scene
7 (Eks. di Halaman Pondok Pesantren)
Pemain:
Bima, Dimas, Agus, Anton, Dika, Herman, Dylan, dll.
Seluruh
warga, anak didik pesantren dan ulama yang mengajar atau bertempat tinggal
disana segera dievakuasi ke tempat yang lebih aman. Kedatangan para musuh yang
diperkirakan jatuh pada sore hari ternyata tidak tepat. Musuh langsung
menyerang setelah ibadah sholat dzuhur dilaksanakan. Di siang terik itu, TNI AD
mati-matian menghadapi teroris.
DUAR.... DUARRR
Bima:
Semuanya tiarap!!
DUAR DUARRR
Militan 1: Argh!!! (terkena tembakan jarak jauh TNI muda)
Bima:
Anton, Dika dan Herman kalian menyerang musuh dari jarak jauh. Aku, Agus dan
dan Dimas akan menyerang musuh dari jarak dekat. Untuk Dylan, amati keadaan
sekitar dengan baik-baik. Jika keadaan mendesak segera hubungi Panglima atau
bala bantuan. Dan juga apabila persediaan peluru yang kita bawa telah habis,
lempari mereka dengan gas air mata atau bom.
Anton, Dika, Herman, Dimas, Agus, Dylan: Siap Komandan!
Bima:
Bagus. Lakukan tugas kalian!
Anton, Dika, Herman, Dimas, Agus, Dylan: Siap Komandan!
Jumlah
tentara ISIS yang menjadi tersangka di Karawang itu hanya tiga orang saja.
Walau sedikit, mereka cukup membuat TNI AD Indonesia kewalahan. Suara tembakan
begitu kentara dengan kesunyian di sekitar pondok pesantren. Tak jauh dari
lokasi utama, para TNI AD lain ikut membantu memusnahkan para teroris.
DUAR DUAR DUAR
Bima:
(berjalan pelan sambil mendekati militan)
(bicara berbisik) Gus, kau tembaki
salah satu militan itu di kakinya. Sepertinya dia sudah terluka sebelum kita
menyerang mereka. Berterimakasihlah pada tentara muda itu.
Agus:
Siap komandan!
DUARRR DUARRR DUARRR
Militan 1:
Argh!!! (memegangi kaki yang tertembak)
Akhirnya
Tentara AD Indonesia berhasil melumpuhkan satu tersangka militan ISIS. Tinggal
tersisa 2 militan lagi sebelum teror ini berhasil ditumpaskan. Sisa dari
militan ISIS telah berpencar meninggalkan satu sahabat karibnya mengais udara
sebelum ajal menjemputnya.
Bima:
Aku akan mendekati salah satu militan itu, kalian cari militan lain yang
tersisa.
Agus dan Dimas: Siap komandan!
Bima:
(Berjalan pelan mendekati militan yang
terlihat tak bernafas) (menyenggol
tubuh militan dengan senjata) Sudah tidak bernafas. (ia hendak meninggalkan militan itu) (senjata laras panjang telah
menempel di kepala belakangnya).
Militan 2:
Dasar bodoh, pengecut di bawah kakimu itu hanya umpan. Harusnya dia mati nanti.
Ck, dia memang lemah. Ucapkan kata-kata terakhirmu sebelum kepalamu kulubangi.
Bima: (Bima diam tak
menjawab) VO-Ajal sudah menjemputku...Maafkan aku Arti...Maafkan aku
Indonesia... (menggerakkan
tangannya untuk menembak militan) (Bima kalah cepat dan ia tergeletak di tanah)
Militan 2:
Baiklah jika itu maumu.
DUAR DUAR DUARRR
(Dimas mendengar
suara tembakan, langsung mendekati lokasi Bima terakhir) (Ia syok melihat
kepala Bima yang sudah bersimbah darah)
Dimas
yang telah dikuasai amarah dengan tanpa perasaan menembaki tentara ISIS itu
membabi buta. Hingga militan yang menembak Bima mati ditempat.
(SUARA
BOM)
Dimas:
Bima!!!! (berlari mendekati Bima)
(meletakkan senjata) (membuka baju kebesaran Bima) (menekan-nekan dada Bima) (merasakan
nafas Bima terputus-putus) (meraih walkie talkie) (menghubungi Dylan) CEPAT
KEMARI DYLAN! KOMANDAN TERLUKA PARAH!
Dylan:
Sebentar lagi, aku masih memberi P3K pada
tentara lain. Disini banyak yang terluka dari bom bunuh diri yang ditanam
tentara ISIS di bawah tanah. Aku akan hubungi petugas medis.
(suara
ambulans)
Tak
lama petugas medispun datang ke lokasi. Sudah diklarifikasi bahwa tiga tentara
ISIS telah mati. Satu diantaranya mati karena bom bunuh diri. Adu senjata itu
kini meninggalkan kerusakan serta hilangnya nyawa salah satu komandan terbaik TNI
AD. Bima...Jenazah Bima yang sudah agak membiru itu kemudian segera diangkut
oleh petugas medis untuk dibawa ke rumah sakit terdekat.
Scene
8 (Eks. Bandar Udara Internasional Juanda)
Pemain:
Orang Tua Arti dan Bima, Arti, Anggota-anggota TNI, Jenazah Bima,dll
Setelah
dilakukan pemeriksaan di Rumah Sakit Umum Karawang, Bima dinyatakan meninggal.
Peluru yang menembus batok kepalanya melesat jauh ke dalam dan tak bisa
diselamatkan. Dokter yang menanganinya
mengatakan jika Bima telah meninggal sebelum dia sampai di rumah sakit. Jenazah
Bima diterbangkan dari Bandara Internasional Soekarno Hatta Jakarta ke Bandara
Internasional Juanda Surabaya kemudian diserahkan kepada keluarga. Proses
penyerahan jenazah secara militer ini diselimuti keharuan luar biasa.
(Arti mengenakan
pakaian serba hitam) (orang tua Bima dan Arti juga berpakaian hitam)
-Upacara
Militer-
Arti:
Kak Bima.... hiks hiksss (pingsan)
Ibu Arti:
Arti.. Arti... hikss (memeluk Arti erat.)
Bima
telah menjadi Tentara kesekian yang gugur di medan penembakan. Berita
meninggalnya Bima sangat menohok hati keluarga dan kekasihnya-Arti. Mereka
tidak pernah menyangka jika Bima akan pergi secepat itu. Di sisi lain, mereka
menyadari bahwa tugas TNI yang menjadi benteng pertahanan Indonesia memang luar
biasa berat hingga harus mengorbankan nyawa mereka sendiri demi Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Semoga
drama ini menginspirasi para pelajar dan remaja Indonesia, bahwa makna esensial
dari pahlawan itu adalah kamu yang berani melawan kejahatan dan dengan rasa
tanggung jawab besar mau melindungi mereka yang kamu cintai.
~~~ SEKIAN ~~~
PENULIS: RETMA AYU NINGTIAS
CREDIT JANGAN LUPA DISERTAKAN YA ^^