Monday, December 28, 2015

[DRAMA PAHLAWAN] SERAGAM TNIku BERSIMBAH DARAH



[DRAMA PAHLAWAN] : SERAGAM TNIku BERSIMBAH DARAH


Scene 1 (Int. Markas Teroris)

Pemain: Militan 1,2,3,4(wanita)

Sore menjelang malam. Kicau burung tak lagi terdengar digantikan suara lolongan anjing yang menggema terpantul tebing. Matahari telah tenggelam di ufuk barat. Langit berwarna kuning kemerahan dan lama kelamaan menjadi gelap sekelam malam. Bintang tak ada yang menghiasa awan sedikitpun. Terlalu takut pada kenyataan. Bahwa sesungguhnya dunia memang tak sanggup lagi menjadi lahan kekerasan di muka bumi ini.

Disinilah kelompok fanatik agamais terlahir. Markas besar ISIS atau yang kita kenal dengan Islamic State Of Irak And Suriah. Bernama kota Hawija. Letaknya 150 kilometer dari selatan Mosul. Dekat dengan dua provinsi Sunni yaitu Anbar dan Kirkuk. Pintu masuk gerbang utama kota ini dibangun markas yang digunakan untuk membicarakan rencana apa yang selanjutnya mereka lakukan.

Terlihat beberapa orang di ruangan itu serius memusyawarahkan sesuatu.

Militan 1: Negara mana lagi yang menjadi incaran kita?
Militan 2: Prancis.
Militan 3: Negara yang dipimpin oleh Holland itu?
Militan 2: Iya.
Militan 3: Aku yakin sekali kita bisa mengalahkan mereka seperti sebelum-sebelumnya. Yah, sebelumnya kita telah berhasil mengkambinghitamkan suku Arab dan Kurdi di Kurdistan pecah. Ingatkah kalian dengan kekuatan militer Kurdistan yang jauh dibawah kekuatan kita? Aku ingin tertawa jika mengingatnya.
Militan 2: Jangan menyepelekan kekuatan militer negara saingan kita, apalagi Prancis. Negara mereka masuk ke dalam kekuatan militer terbesar di dunia tahun ini. Kita harus tetap waspada.
Militan 1: Tak ada lagi yang perlu diwaspadai. Aku sudah muak melihat mereka masih berkeliarkan bebas di sekitar kita. Maksudku, Prancis bersekutu dengan Amerika Serikat dan mereka sudah kita putuskan menjadi musuh utama kita. Kita tak perlu segan menghancurkan mereka, kalau perlu sampai tak tersisa.
Militan 2: Benar, itu memang tujuan utama kita. Sudah menjadi rahasia umum jika dulu Amerika Serikat selalu memperlakukan kita layaknya budak. Kini sudah saatnya kita membalas dendam.
Militan 4 (wanita): Agenda balas dendam ini telah kuresapi hingga darah dagingku. Mereka harus membayar kematian suami dan anakku.
Militan 1: Kita harus menyusun rencana matang agar penyerangan kali ini berjalan tanpa hambatan.
Militan 3: Bagaimana jika dua hari lagi? Kudengar dua hari lagi, sebuah band terkenal mengadakan konser disana dan pada hari yang sama diadakan pertandingan sepakbola persahabatan antara Negara Jerman dan Prancis. Otomatis massa banyak berkumpul di kedua tempat itu. Tempat seramai itu bagus dijadikan wilayah penembakan.
Militan 2: Informasi yang bagus. Setelah ini kita harus menghubungi orang kita untuk dikirim ke sana. Beritahu mereka untuk melakukan serangan secara hati-hati agar tidak terlalu mencolok, setelahnya lakukan seperti biasa.
Militan 1,3,4: Baik.
Militan 1: Setelah Prancis negara mana lagi yang menjadi incaran kita?
Militan 2: Indonesia. Tak usah memikirkan negara lain dahulu, sekarang waktunya kita fokus pada Negara Prancis.
Militan 4: Negara berpenduduk islam terbesar di dunia itu?
Militan 3: Kau benar sekali. Aku menganalisis, ini akan berlangsung sengit.
Militan 2: Akupun merasakan hal yang sama.

Scene 2 (Int. Ruang Keluarga)

Pemain: Arti, Mak Ijah

Sore itu, Arti baru saja pulang dari kampus tempatnya menuntut ilmu. Arti merasa tas ransel yang digendongnya terasa dua kali lebih berat dari biasanya. Entah ia yang merasa terlalu kecapaian atau bagaimana. Yang pasti sekarang ia hanya ingin beristirahat.

Arti: (meraih televon genggam yang ia simpan di saku belakang) (mengotak atik HP) (tidak menemukan satupun pesan singkat atau missed call) VO- Dasar! Apa enaknya punya kekasih tentara? Hufhh.. dia tak pernah mengabariku satu minggu belakangan ini. (memanyunkan bibir) VO- eh tapi iya sih. Diakan memang jarang memegang HP. Err apa dia lupa padaku ya? Tidak! Tidak mungkin. Arti tetaplah berpikir positif.....(memukul kepalanya) (mengambil remot) (mengganti channel televisi) (channelnya berhenti pada salah satu stasiun televisi)
(SUARA BERITA)
Arti: Ya Tuhan. ISIS kejam sekali... bagaimana ada makhluk sejahat mereka di muka bumi ini... Prancis pasti sangat berduka.
Mak Ijah: (masuk panggung) Non...Kalau non Arti mau mandi bibi sudah siapkan air panas non. (menunjuk kamar mandi) Bibi mau belanja ke supermarket dulu non. Sayur dan buah-buahan di kulkas sudah habis. Bibi pergi dulu ya non ...(keluar panggung).
Arti: Iya bi. Terima kasih. Uhh, bibi kok tahu ya aku butuh air. Tapi emang sih.. (mencium keteknya) kenapa aku bau sekali?!. Aku harus mandi!  (berjalan keluar panggung)


Scene 3 (Int. Markas Besar TNI)

Pemain: Panglima, Anggota-anggota TNI. 

Sedangkan malam itu di markas besar TNI, semua anggota dari mulai angkatan darat, laut dan udara dikumpulkan untuk diberikan informasi dan pengarahan berkaitan dengan meningkatnya aksi terorisme yang mulai menghantui Indonesia.

Panglima TNI: Malam semua!
TNI: Malam!
Panglima TNI: Kepala BIN telah memberikan informasi bahwa hackers yang mengatasnamakan dirinya ‘Anonymous’ telah mengobrak abrik pola pertahanan ‘tak terlihat’ ISIS. Kepala BIN menyatakan bahwa cepat atau lambat, ISIS akan segera menyerang Indonesia khusunya di daerah-daerah pondok pesantren. Sudah menjadi kewajiban hidup dan mati kita untuk mempertahankan kedaulatan Negara Republik Indonesia dari aksi terorisme. Apakah kalian semua siap?!
TNI: Siap!
Panglima TNI: Isu ini berkembang di masyarakat tanpa klarifikasi, maka dari itu kita harus membuktikan bahwa kita mampu menjaga NKRI ini seutuh-utuhnya tanpa terkecuali.
TNI: Siap!
Panglima TNI: Kita harus belajar dari serangan Prancis oleh ISIS kemarin. Banyak korban tewas serta banyak juga anak-anak yang harus rela kehilangan kedua orang tuanya. Jangan sampai peristiwa yang sama terjadi pada Indonesia. Mulai besok kita harus tingkatkan intensitas latihan kita.
TNI: Siap!
Panglima TNI: Cukup itu saja informasi singkat hari ini, sekarang kalian boleh kembali ke tempat masing-masing.
TNI: Siap!

Scene 4 (Eks. Taman)

Pemain: Arti, Bima, dll. 

Matahari bersinar begitu terik tepat diatas ubun-ubun. Udara panas luar biasa karena telah memasuki awal musim kemarau. Tapi tidak untuk sepasang anak adam yang tengah memadu kasih di pinggiran danau. Perjalanan dari kampung halaman mereka sampai tiba di danau itu ditempuh dalam waktu 10 menit. Walau begitu, tetap saja terasa sangat melelahkan bagi si wanita, kalau si pria sudah terbiasa berjalan kaki bahkan lebih karena dirinya sering latihan fisik saat masih bertugas.


Arti: Kamu bawa aku jalan jauh banget dari rumah. Kenapa enggak pake motor atau mobil? Kan lebih nyaman.
Bima: Hehe, maaf ya... aku cuma ingin menghabiskan waktu kita berdua seharian ini. Mumpung masih hari raya idul fitri jadi aku masih diberi waktu libur. Kalau menunggu sampai 2 hari lagi, aku sudah kembali bertugas jadi enggak bisa.
Arti: Iya ya.. Hummm ngomongin libur aku kadang kangen loh liburan bareng kamu maen ke pantai gitu kan seru tuh ngajak orang tua kita sama adikku juga. Kayaknya udah jarang banget..
Bima: Iya ya, kapan-kapan. Aku bakal ajak kamu jalan-jalan lagi kok. Err tapi enggak sekarang ya. Ehehehhe.
Arti: (senyum kecil) Aku cuma bercanda kok. Lagian keluar berdua bareng sama kamu gini aku udah bahagia. Sunyi, sepi cuma kita berdua. Keliatannya sih, cuma di pinggir danau tapi aku bakal dedikasiin deh kalau danau ini jadi tempat terindah nomor satu di dunia! Hiihihi...
Bima: Kamu bisa aja.. (senyum kecil). Oh iya, aku mau ngomong sesuatu sama kamu.
Arti: Hm, ngomong apa?
Bima: Arti, aku mau minta maaf selama ini jika aku sering ninggalin kamu. Aku juga jarang menghubungi kamu. Aku hampir enggak pernah ada di samping kamu setiap hari. Aku juga bukan orang yang romantis. Aku cuma orang biasa, yang enggak bisa ngajak kamu pergi ke restoran mewah di kota. Aku hanya bisa ajak kamu kesini. Kuharap kamu enggak kecewa...
Arti: ............ maksud kamu apa?
Bima: Kamu tahu ISIS kan? Kamu sering lihat berita kan? Mereka itu kejam. Di belahan bumi utara sana negara-negara sedang memerangi ISIS. Aku tidak menyumpah, tapi pasti suatu saat para terorisme akan datang ke Indonesia. Mereka datang sebagai musuh. Dan aku sebagai anggota TNI Indonesia dituntut harus siap kapanpun. Entah itu siap perang, siap kehilangan, bahkan siap mati. Aku harus menyiapkan mental luar biasa besar untuk menghadapi mereka.
Arti:.........
Bima: Awalnya aku merencanakan bahwa aku akan melamarmu di tepi danau ini. Biarkan danau ini menjadi saksi bisu pertunangan kita. (menggenggam tangan Arti) Kamu mau janji ‘kan sama aku? Jika suatu saat aku masih diberi kesempatan untuk hidup setelah ini maukah kau akan terus mencintaiku hingga akhir hayatku? Terdengar egois memang, tapi bagiku tanpa dirimu aku bukanlah apa-apa.
Arti:.............
Bima: Dan jika suatu saat aku tidak pernah kembali lagi, aku hanya memohon satu permintaan padamu. Carilah penggantiku dan kebahagiaanmu sendiri. Aku tidak bisa menjamin sampai kapan aku akan hidup. Tapi jika memang hal itu terjadi dimana aku pulang hanya tinggal nama saja, akan kuucapkan sekarang bahwa terima kasih Arti kau selalu berada di sampingku selama ini.
Arti: Enggak bisa begitu! Kamu ngomong apa?!
Bima: Arti....
Arti: Aku enggak pernah kecewa kamu itu seperti apa. Aku enggak pernah kecewa walau kamu cuma bisa ketemu sama aku satu tahun sekali. Tapi, Aku pernah kecewa kalau kamu sering enggak ada buat aku dan jarang di samping aku. Tapi itu udah lewat dan aku udah terbiasa dengan semua itu!
Bima: Arti......
Arti: Jangan katakan kematian untuk sekarang. Kamu dan aku masih muda. Kita masih bisa melanjutkan hidup kita setelah ini. Kita akan membentuk keluarga kecil yang bahagia dengan kamu yang jadi kepala keluarganya dan aku yang menjadi ibu rumah tangganya. Pikirkan kebahagiaan masa depan kita Bima. Jangan pikirkan yang lain...
Bima: (memeluk Arti) aku minta maaf Arti... aku sayang kamu.....


Scene 5 (Int. Di dalam rumah-Sofa)

Pemain: Mak Ijah, Arti.

Mak Ijah: (Mak Ijah membangunkan Arti yang mengigaukan nama Bima) Non... Non.... Bangun non....Udah malam waktunya makan malam non. Non... (Mengguncang pelan tubuh Arti).
Arti: Bima.... Hikss... (air mata menetes dari kedua bola matanya)
Mak Ijah: Non..Non Arti! (berteriak di samping telinga)
Arti: Astaghfirullahaladzim! Bibi.. (kaget dan langsung bangun) (celingukan). Loh bibi ngapain disini? (merasakan asin di bibirnya) Loh kok asin ya?.
Mak Ijah: Ya ampun non... Non Arti enggak inget? Tadi non Arti memanggil mas Bima terus sambil nangis. Saya kan khawatir non...
Arti: (melamunkan sesuatu) VO- Jadi, yang tadi itu Cuma mimpi.. Ya Tuhan.. ada apa dengan semua ini? Kenapa aku memimpikan Bima? Kenapa seakan-akan dia akan meninggalku pergi setelah ini? Ya Tuhan.. lindungi dia..
Mak Ijah: Non Arti..
Arti: (terkejut) Eh, iya bi..
Mak Ijah: Non Arti kan melamun lagi. Sudah non, jangan melamun terus nanti kemasukan lho.(menepuk pundak Arti) Non, bibi tinggal masak dulu.
Sepeninggal Mak Ijah, Arti masih saja memikirkan mimpi yang mendatanginya 10 menit yang lalu. Ia merasa de javu. Seakan-akan mimpi tersebut terasa tidak asing dan pernah ia alami. Terhitung sudah hampir ke tiga kalinya dalam seminggu ini ia mengalami mimpi yang sama. Dalam hati kecil terdalam dirinya, ia bertanya-tanya. Sebenarnya apa yang terjadi dengan Bima disana?

Scene 6 (Int. Gudang Peralatan TNI) 

Pemain: Agus, Bima, Dimas, dll

Sesuai perintah Panglima TNI, Bima diberi tugas menjadi komandan saat penyerangan besok. Hari ini Bima dan beberapa anggota TNI lainnya segera mempersiapkan alat-alat yang sering dibawa saat ke lokasi TKP, dari mulai Senjata Sub Mesin MP5 hingga Senapan Serbu SSI.
Bima: (melap senjata)Akhir-akhir ini entah mengapa aku begitu rindu dengan Arti Gus..
Agus: Ckckckck Bro bro.. kau itu malah rindu-rinduan. Kupikir komandan terdisiplin tidak bisa merasakan rindu. Mana rindunya sama pacarnya, bukan sama orang tuanya.. payah kau ini.
Dimas: Kau kira hanya kau saja Bima yang rindu orang terdekat. Akupun begitu. Aku sangat rindu juga pada kedua anakku di rumah. Kalau mereka boleh dibawa ke sini, aku ajak mereka ke sini. Tapi sayangnya itu tidak boleh.
Bima: Sudah-sudah aku minta maaf. Aku yang mulai membicarakan rasa rinduku dengan Arti. Lanjutkan saja membersihkan senjata kalian dan jangan lupa membawa persediaan peluru. Kalau bisa teman yang satu mengingatkan teman yang lain. Jadi, kita semua saling mengingatkan. Dalam keadaan genting seperti ini, kita tidak boleh lengah sedikitpun.
Agus: Ya, komandan benar.
Bima: Lokasi penyerbuan kita besok di Pondok Pesantren Karawang yang menjadi target utama teroris.
Dimas: Kenapa harus kita yang ditugaskan langsung di lokasi utama? Padahal TNI muda lain masih banyak.
Bima: Mereka belum punya cukup pengalaman Dimas. Lagipula besok bukan kita saja yang ditugaskan disana, tapi ada 4 orang tambahan lain dan juga para TNI muda yang berjaga di sepanjang lokasi yang dianggap mencurigakan. Mereka tetap membantu kita pada posisi jarak jauh
Agus: Iya, senior seperti kita lebih berpengalaman dalam memberantas teroris. Bagaimanapun, kita harus bisa menyelesaikan misi ini dengan sempurna. Agar tidak ada yang berani lagi teroris-teroris baru yang masuk atau berkembang di Indonesia. Jika kita berhasil memberantas mereka dengan baik, rakyat Indonesia tak perlu takut lagi setelahnya.
Bima dan Dimas: kitapun mengharapkan hal yang sama..


Scene 7 (Eks. di Halaman Pondok Pesantren) 

Pemain: Bima, Dimas, Agus, Anton, Dika, Herman, Dylan, dll. 

Seluruh warga, anak didik pesantren dan ulama yang mengajar atau bertempat tinggal disana segera dievakuasi ke tempat yang lebih aman. Kedatangan para musuh yang diperkirakan jatuh pada sore hari ternyata tidak tepat. Musuh langsung menyerang setelah ibadah sholat dzuhur dilaksanakan. Di siang terik itu, TNI AD mati-matian menghadapi teroris.

DUAR.... DUARRR
Bima: Semuanya tiarap!!
DUAR DUARRR
Militan 1: Argh!!! (terkena tembakan jarak jauh TNI muda)
Bima: Anton, Dika dan Herman kalian menyerang musuh dari jarak jauh. Aku, Agus dan dan Dimas akan menyerang musuh dari jarak dekat. Untuk Dylan, amati keadaan sekitar dengan baik-baik. Jika keadaan mendesak segera hubungi Panglima atau bala bantuan. Dan juga apabila persediaan peluru yang kita bawa telah habis, lempari mereka dengan gas air mata atau bom.
Anton, Dika, Herman, Dimas, Agus, Dylan: Siap Komandan!
Bima: Bagus. Lakukan tugas kalian!
Anton, Dika, Herman, Dimas, Agus, Dylan: Siap Komandan!

Jumlah tentara ISIS yang menjadi tersangka di Karawang itu hanya tiga orang saja. Walau sedikit, mereka cukup membuat TNI AD Indonesia kewalahan. Suara tembakan begitu kentara dengan kesunyian di sekitar pondok pesantren. Tak jauh dari lokasi utama,  para TNI AD lain ikut  membantu memusnahkan para teroris.

DUAR DUAR DUAR
Bima: (berjalan pelan sambil mendekati militan) (bicara berbisik) Gus, kau tembaki salah satu militan itu di kakinya. Sepertinya dia sudah terluka sebelum kita menyerang mereka. Berterimakasihlah pada tentara muda itu.
Agus: Siap komandan!
DUARRR DUARRR DUARRR
Militan 1: Argh!!! (memegangi kaki yang tertembak)

Akhirnya Tentara AD Indonesia berhasil melumpuhkan satu tersangka militan ISIS. Tinggal tersisa 2 militan lagi sebelum teror ini berhasil ditumpaskan. Sisa dari militan ISIS telah berpencar meninggalkan satu sahabat karibnya mengais udara sebelum ajal menjemputnya.

Bima: Aku akan mendekati salah satu militan itu, kalian cari militan lain yang tersisa.
Agus dan Dimas: Siap komandan!
Bima: (Berjalan pelan mendekati militan yang terlihat tak bernafas) (menyenggol tubuh militan dengan senjata) Sudah tidak bernafas. (ia hendak meninggalkan militan itu) (senjata laras panjang telah menempel di kepala belakangnya).
Militan 2: Dasar bodoh, pengecut di bawah kakimu itu hanya umpan. Harusnya dia mati nanti. Ck, dia memang lemah. Ucapkan kata-kata terakhirmu sebelum kepalamu kulubangi.
Bima: (Bima diam tak menjawab) VO-Ajal sudah menjemputku...Maafkan aku Arti...Maafkan aku Indonesia... (menggerakkan tangannya untuk menembak militan) (Bima kalah cepat dan ia tergeletak di tanah)
Militan 2: Baiklah jika itu maumu.
DUAR DUAR DUARRR
(Dimas mendengar suara tembakan, langsung mendekati lokasi Bima terakhir) (Ia syok melihat kepala Bima yang sudah bersimbah darah)

Dimas yang telah dikuasai amarah dengan tanpa perasaan menembaki tentara ISIS itu membabi buta. Hingga militan yang menembak Bima mati ditempat.

(SUARA BOM)
Dimas: Bima!!!! (berlari mendekati Bima) (meletakkan senjata) (membuka baju kebesaran Bima) (menekan-nekan dada Bima) (merasakan nafas Bima terputus-putus) (meraih walkie talkie) (menghubungi Dylan) CEPAT KEMARI DYLAN! KOMANDAN TERLUKA PARAH!
Dylan: Sebentar lagi, aku masih memberi P3K pada tentara lain. Disini banyak yang terluka dari bom bunuh diri yang ditanam tentara ISIS di bawah tanah. Aku akan hubungi petugas medis.  
(suara ambulans)

Tak lama petugas medispun datang ke lokasi. Sudah diklarifikasi bahwa tiga tentara ISIS telah mati. Satu diantaranya mati karena bom bunuh diri. Adu senjata itu kini meninggalkan kerusakan serta hilangnya nyawa salah satu komandan terbaik TNI AD. Bima...Jenazah Bima yang sudah agak membiru itu kemudian segera diangkut oleh petugas medis untuk dibawa ke rumah sakit terdekat.

Scene 8 (Eks. Bandar Udara Internasional Juanda)

Pemain: Orang Tua Arti dan Bima, Arti, Anggota-anggota TNI, Jenazah Bima,dll

Setelah dilakukan pemeriksaan di Rumah Sakit Umum Karawang, Bima dinyatakan meninggal. Peluru yang menembus batok kepalanya melesat jauh ke dalam dan tak bisa diselamatkan.  Dokter yang menanganinya mengatakan jika Bima telah meninggal sebelum dia sampai di rumah sakit. Jenazah Bima diterbangkan dari Bandara Internasional Soekarno Hatta Jakarta ke Bandara Internasional Juanda Surabaya kemudian diserahkan kepada keluarga. Proses penyerahan jenazah secara militer ini diselimuti keharuan luar biasa.

(Arti mengenakan pakaian serba hitam) (orang tua Bima dan Arti juga berpakaian hitam)
-Upacara Militer-
Arti: Kak Bima.... hiks hiksss (pingsan)
Ibu Arti: Arti.. Arti... hikss (memeluk Arti erat.)

Bima telah menjadi Tentara kesekian yang gugur di medan penembakan. Berita meninggalnya Bima sangat menohok hati keluarga dan kekasihnya-Arti. Mereka tidak pernah menyangka jika Bima akan pergi secepat itu. Di sisi lain, mereka menyadari bahwa tugas TNI yang menjadi benteng pertahanan Indonesia memang luar biasa berat hingga harus mengorbankan nyawa mereka sendiri demi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Semoga drama ini menginspirasi para pelajar dan remaja Indonesia, bahwa makna esensial dari pahlawan itu adalah kamu yang berani melawan kejahatan dan dengan rasa tanggung jawab besar mau melindungi mereka yang kamu cintai.


~~~ SEKIAN ~~~



 PENULIS: RETMA AYU NINGTIAS
CREDIT JANGAN LUPA DISERTAKAN YA ^^

Kumpulan Kata-Kata Bijak (Quotes) Mario Teguh Part 6

Thursday, December 24, 2015

Memotong Gambar dengan Fasilitas "Paint"

MEMOTONG GAMBAR DENGAN FASILITAS "PAINT"

Hallo sobattt!!!!

Ketemu lagi dengan sayaaaa~~

Kali ini kita akan membahas 'memotong gambar dengan fasilitas paint'

Temen-temen pasti sering kan motret gambar atau screenshot gambar? Sering dong.. Hehehee.. Nah kali ini kita akan membahas itu.. Temen-temen juga pasti sering mengalami sindrom dimana sewaktu sobat menyecreenshot gambar ada bagian yang sobat tidak inginkan. Atau bahasane dibuang gitu ajalah :v. 

Fasilitas paint sudah tersedia di setiap jenis laptop. Sobat tidak perlu banting laptop atau bawa ke tukan servis laptop -karena pake biaya- cuma buat motong gambar itu. OOh atau lebih parahnya biar greget sobat 'motong' pake gunting? -_-. #GREGETMACDOG *_*

Udah ah.. 

Caranya kagak sulit kok sobat. Ikuti aja yee... 

1. Pilih file yang akan di edit  



2. Setelah sobat memilih file yang akan diedit, sobat klik kanan dan pilih pilihan 'edit'.


3. Setelah mengklik 'edit' tersebut akan terbuka tampilan seperti gambar berikut.


* Jika gambar terlalu besar, sobat tinggal memperkecil ukuran gambar tersebut di bagian 'zoom' yang terletak di bagian kanan bawah. 





4. Setelah itu sobat arahkan kursor di 'select' dan pilih 'rectangular selection'.


5. Setelah memilih 'rectangular selestion' nanti akan muncul tanda 'plus dengan lubang kecil ditengahnya' *sepertiitulahkirakira -_-, nah sobat arahkan tanda(?) tersebut di bagian gambar yang ingin sobat ambil potongannya. 


6. Kemudian, sobat arahkan kursor pada image 'crop'.



 7. Hasilnya adalah....







OKEHH SOBATTT

Cukup mudah bukan? Mudah kannn hehehhee...

Itu tadi sedikit tutorial dari saya, hehehehe.

Semoga bermanfaat ^^....

-Retma Ayu Ningtias-















 

Kumpulan Kata-Kata (Quotes) Mario Teguh part 2

Kumpulan Kata-Kata Bijak (Quotes) Mario Teguh part 1

Saturday, August 8, 2015

Tema Dirgahayu Kemerdekaan Indonesia

Hallo eperybody!! jiahh bahasa inggris gua ancur!!!

oke.. kembali lagi dengan saya.. ekhem ekhemmm *cekmix

kali ini saya mau publish tentang tema agustusan entar yakk

temanya kan "Gerakan Nasional Ayo Kerja Untuk 70 Tahun Indonesia Merdeka"

keren banget kan temanya!!! Hahahahahhahaa...

Oke oke.. ini logonya kemarin yang Pak Jokowi resmiin di Titik Nol di Kota Sabang, Aceh



....

Sebenarnya ini juga problem gua sebagai anak kelas XII di Sekolah gua yang pasti -_-.. Posisi gua yang wakil ketua kelas tentunya secara enggak langsung mengharuskan gua untuk menghandle temen-temen untuk ikut berpartisipasi Kemerdekaan Indonesia kali ini..


Gua pilih tema "Pak Jokowi" .. tentuna lu pasti udah mikir yang ada hubungannya sama beliau kan? hahahhaa itu garis besarnya.. masalah entar mau kayak gimana kelanjutnnya ntar aja ya.. sekalian gua upload poto potonya temen temen best frend gua oke!!


DIRGAHAYU KEMERDEKAAN INDONESIA KE 70 TAHUN!!

INDONESIA MERDEKA

Friday, April 17, 2015

Drama Tragedi Trisakti 1998 (Unjuk Rasa Mahasiswa)



TRAGEDI TRISAKTI
Pemeran:
-       Pak Soeharto: Andre
-       Pak Habibie: Yudhistira
-       Ajudan: Putri
-       Perwakilan Menteri: Hamka
-       Perwakilan Ulama: Doni
-       Tokoh Masyarakat: Yola
-       Mahasiswa 1: Mila
-       Mahasiswa 2: Wayan
-       Mahasiswa 3: Hanifa
-       Mahasiswa lain: Yanti, Vira, Panca, Komang, Ketut
-       Hery: Rimba
-       Hafidhin: Agita
-       Ketua: Retma
-       Hendriawan: Susan
-       Aparat 1: Nanang
-       Aparat 2: Rama
-       Aparat lain: Ummu, Aulia, Vani, Estri, Farida, Astrilia, Usman
-       Komandan: Apit
-       Ketua MPR: Zulia



Assalamualaikum wr.wb
            Pada mei 1998, Indonesia mengalami pukulan terberat krisis ekonomi yang menerpa Asia Timur. Meningkatnya inflasi dan pengangguran menciptakan penderitaan di mana-mana. Ketidakpuasan terhadap pemerintah yang lamban dan merajalelanya korupsi juga meningkat. April 1998 segera setelah Suharto terpilih kembali sebagai presiden, mahasiswa dari berbagai Universitas di seluruh tanah air menyelenggarakan demonstrasi besar-besaran. Mereka menuntut pemilu ulang dan tindakan efektif pemerintah untuk mengatasi krisis. Ini adalah insiden terbaru, ketika mahasiswa Indonesia meneriakkan aspirasi rakyat dan dipukuli karena dianggap menimbulkan kekacaun.


Gerakan Mahasiswa di Indonesia

(12 mei 1998-17 desember 1998)



 10 Mei 1998

Mahasiswa 2: Hei Hei .. (memasuki halaman Universitas dengan lari tergopoh-gopoh)
            Ketua dan lain-lain sedang mendiskusikan tugas di halaman
Mahasiswa 1: Ada apa? Kenapa kau berlari seperti itu?
Mahasiswa 2: Hosh hoshhh. Aku baru saja melihat televisi di warung depan. Suharto terpilih lagi menjadi presiden!
Mahasiswa 1: Benar begitu?!
Mahasiswa 2: Iya.
Mahasiswa 3: Gila! Ini benar-benar situasi rumit! Kawan, sudah lelah kita dipimpin oleh pemerintahan kolot seperti dia!!! Hah! Aku benar-benar tak habis pikir!
Ketua: Suharto dipilih lagi oleh para perut besar itu?! Ya Allah! Ini benar-benar sudah menyalahi aturan. Kita harus segera berontak!!
Mahasiswa 1: Apa yang harus kita lakukan sekarang?
Ketua: Tidak ada cara lain lagi.
Mahasiswa 2: Sejujurnya , kita lelah dengan semua ini. Pemerintah yang tak pernah memperhatikan nasib rakyat di berbagai wilayah menjadi bukti. Saya merasa kasihan melihat mereka. (tatapan muka sedih)
Hery: Itu benar. Kita harus segera berontak!
Ketua: Siapkan poster dan perlengkapan lainnya kecuali senjata tajam. Tanggal 12 mei nanti kita semua berkumpul di halaman Universitas ini untuk berdemo. Apa yang kita lakukan nanti yang pasti untuk masa depan Indonesia.
Hafidhin: Kenapa tidak boleh membawa senjata tajam?
Ketua: Niat kita hanya untuk berdemo, bukan untuk membunuh. Kita hanya menyampaikan aspirasi untuk meruntuhkan rezim kakek tua biadab itu.
Hafidhin: Oke. Nanti aku, Elang, Hery, dan Hendriawan Sie akan mempersiapkan poster.
Ketua: Baiklah. Dan untuk mahasiswa lain, hubungi anak-anak dari Universitas di seluruh Indonesia untuk melakukan demonstrasi bersama.
Seluruh mahasiswa: Baik.

11 Mei 1998

Saat mentari belum sepenuhnya bangun dari peraduan, seluruh mahasiswa Trisakti sudah berkumpul di halaman kampus. Poster-poster dan suara-suara mahasiswa yang dituangkan dalam tulisan tangan rapuh menjadi saksi bisu kekecewaan mahasiswa kepada para wakil rakyat. Tujuan mereka hanya satu. Mereka hanya ingin membangun Negara Indonesia menjadi Negara demokrasi.
Mahasiswa 3: Selamat pagi semuanya.
Mahasiswa: Pagi.
Mahasiswa 1: Sesuai dengan perjanjian kemarin, kita semua berkumpul di halaman Universitas ini untuk berdemo menuntut agar Suharto turun dari kursi pemerintahan.
Mahasiswa 2: Ya, demo yang kita lakukan ini bukan untuk aksi sepele. Hari ini masa depan bangsa ada di tangan kita semua.
Ketua: Apapun hasil yang telah kita capai, yang pasti kita hanya ingin keselamatan. Apakah kalian semua siap untuk berdemo?! Apakah kalian semua siap untuk masa depan bangsa?! Apakah kalian siap untuk mengorbankan nyawa kalian, jika terjadi sesuatu?!
Mahasiswa: Siap!!!
Hery: Bagaimana dengan perlengkapaan yang dibutuhkan?
Hafidhin: Seluruh bahan perlengkapan sudah siap.
Ketua: Bagus. Kita tinggal meminta izin kepada aparat untuk berdemo. Ayo!
Hendriawan: Ayo. Kita berdua saja.
……………………………
Hendriawan: Pak, maaf menggangu waktu bapak. Kedatangan kami kemari untuk meminta izin bapak untuk berdemo di halaman gedung MPR.
Aparat 1: Apa? Bukankah Kepala Universitas Trisakti sudah mengatakan, bahwa kalian hanya boleh berdemonstasi di halaman Universitas saja.
Ketua: Iya sudah. Kami sudah mendengar penjelasan dari bapak Kepala Universitas. Tapi ini masalah Hak asasi manusia pak. Kami hanya ingin menyampaikan aspirasi kami. Kami hanya ingin berdemo di depan gedung MPR agar para wakil rakyat bisa langsung mendengar kami! Kami tidak ingin dikekang!
Aparat 2: Sesuai anjuran atasan kami, kalian hanya boleh berdemo di halaman Universitas. Tidak boleh melanggar lebih dari itu. Atau kalian akan tahu akibatnya nanti.
Hafidhin: Apapun yang akan bapak nyatakan, kami akan membantah jika hal itu memaksa kami untuk melakukan sesuatu. Kita lihat saja besok.

12 Mei 1998

(Halaman gedung MPR)
Ketua: NIAT KAMI BAIK UNTUK MENYAMPAIKAN ASPIRASI!
Mahasiswa 2 (diikuti oleh mahasiswa lain): TURUN SUHARTO! TURUN SUHARTO! TURUN SUHARTO SEKARANG JUGA!
Aparat 1: Jika mahasiswa bertindak lebih dari ini, kita harus cepat melakukan sesuatu. (berbisik kepada kawannya)
Aparat 2: Iya. Komandan juga menyatakan hal yang sama.
Ketua: KAMI INGIN BERDEMO DI DEPAN GEDUNG MPR!
Aparat 1: Apa yang akan menjadi tanggung jawab kami akan terus kami emban. Kalian tetap tidak boleh berdemo di depan gedung MPR.
Hery: Maafkan kami, jika kami membantah bapak pelindung masyarakat!
Ketua: Siap-siap bergerak kawan! Insyaallah kita bisa mewujudkan reformasi! Apa yang kita lakukan hari ini untuk masa depan Indonesia! Untuk anak cucu kita! Panjatkan doa dalam hati! Jangan takut! Ada Tuhan di samping kita! MAJU!!!
DUAR DUARR DDUARRR DUARRRR (tembakan dari aparat menjadi pembuka demonstrasi mahasiswa)

13 Mei 1998

(Di dalam Istana Negara)
Suharto: Sebelumnya assalamualaikum wr. wb (dijawab salam). Terima kasih atas kedatangan anda disini. Tujuan saya untuk mengumpulkan para menteri, tokoh masyarakat, dan para ulama adalah untuk membantu saya dalam mempertahankan pemerintahan 5 tahun mendatang. Pastinya kita semua tahu bahwa para mahasiswa telah berdemo di halaman gedung MPR untuk menurunkan saya dari jabatan presiden. Apa yang mereka sebut dengan korupsi,kolusi,nepotisme dan lain-lain ini tidak sepenuhnya benar. Buktinya banyak masyarakat mayoritas mengatakan bahwa dalam pemerintahan saya, mereka sejahtera. Nah,yang saya inginkan adalah mendapat dukungan dari anda sekalian. Karena anda adalah orang-orang terpercaya yang saya pilih untuk tetap mendampingi saya.
(hening sejenak)
Suharto: (tersenyum kecil) Sudah saya duga, pasti anda sekalian tetap mendukung saya untuk pemerintahan mendatang.
Ulama: Maaf, kami tidak dapat mendukung bapak. Bukan saya membela mahasiswa, tapi ini masalah hati nurani. Saya rela jika saya dibunuh setelah ini. (sambil menundukkan kepalanya)
Tokoh masyarakat: Kami juga. Banyak masyarakat dan mahasiswa mengadu kepada saya bahwasannya mereka menginginkan pemerintahan bapak turun. (menundukkan kepala)
Suharto: Apa?! (Pak Suharto memijit kepalanya yang terasa pusing)
Menteri: Kami juga sudah membuat keputusan pak.
Suharto: Saya yakin kalian akan membantu saya untuk meyakinkan mahasiswa bahwa saya tidak seperti apa yang mereka kira selama ini.
Menteri: Saya dan 13 kementerian lain akan mengundurkan diri. Terima kasih. (menteri meninggalkan ruang utama)
(suasana penuh ketegangan)
Tokoh masyarakat dan ulama: Terima kasih pak. Kami permisi dahulu.
Suharto:Ajudan! (dengan wajah penuh amarah)
Ajudan: Siap!
Suharto: Apa yang harus saya lakukan sekarang? Apakah saya benar-benar harus mengundurkan diri?!!
Ajudan: Ti..tidak ada jalan lain pak. (dengan wajah penuh kecemasan dan gugup)
Suharto: Saya bahkan baru menjabat presiden bulan lalu.
Ajudan: …..
Suharto: Namun, jika saya terus menjalankan roda pemerintahan siapa yang akan membantu saya?. 14 kementerian sudah mengundurkan diri. Apa saya harus mengangkat para menteri yang baru?. Bahkan, saya tidak memecat mereka. Ini keputusan yang sangat sulit.
Ajudan: Bapak Presiden yang terhormat, jika saya boleh memberi saran, bapak ikuti saja kemauan mahasiswa, selain untuk kebaikan bapak yang saya lihat akhir-akhir ini sering lelah , keputusan bapak pasti dapat membuat mereka mematahkan persepsi bahwa bapak tidak seperti apa yang mereka pikirkan. Lagipula, bukankah ada bapak B.J.Habibie yang nantinya akan menggantikan bapak?
Suharto: BRAKKK! (memukul menja) Jadi kau membela para mahasiswa tengik itu?!
Ajudan: B..Bukan begitu p..pak. Maaf.. maafkan saya. (membungkuk beberapa kali)
Suharto: Saya masih belum rela melepas jabatan saya sebagai kepala Negara dan pemerintahan. (nada bicaranya melunak). Saya tidak ikhlas jika Negara Indonesia yang kaya raya ini jatuh ke tangan B.J.Habibie. (memijit kepalanya). Para mahasiswa itu memang pantas dibunuh!!


14 Mei 1998

DUARRR DUARRRRR
Mahasiswa banyak berjatuhan. Mereka mati syahid dalam membela kebenaran. Pemimpin dari aksi demonstrasi ini menghampiri salah seorang mahasiswa yang masih saja mengumandangkan suara-suara anak bangsa.
Mahasiswa 1: SUARA-SUARA RAKYAT DIBUNGKAM PELURU! PARA DOSEN MERASA SEAKAN TEMBOK BERISI WAJAH-WAJAH TNI! DAN, AKSI DEMONSTRASI MAHASISWA DIJEGAL DENGAN TANK-TANK BESI! BANGKITLAH KAWANKU! AYO KITA MAJU! MERDEKA!
Mahasiswa: Merdeka!!! (Satu Nusa Satu Bangsa’s Song)
Ketua: Berapa banyak korban terlukan dan tewas?
Mahasiswa 1: Ratusan.
Ketua: Dimana mereka dirawat?
Mahasiswa: Di Rumah Sakit Sumber Waras. Mereka sedang mendapat perawatan. Hery, Hafidhin,Elang,dan Hendriawan juga salah satunya.
Ketua: Lanjutkan perjuangan kawan! Saya akan menengok keadaan mereka.
Seluruh Mahasiswa: TURUNKAN SUHARTO! TURUNKAN SUHARTO! TURUNKAN SUHARTO! TURUNKAN SUHARTO SEKARANG JUGA!!
……………………………………………………………………
(Di dalam gedung MPR)
Suharto: Untuk memperhatikan ketentuan pasal 8 dengan itu saya memutuskan untuk menyatakan berhenti. Untuk menghindari kekosongan pemerintahan, posisi presiden akan digantikan oleh wakilnya.
Mahasiswa: Indonesia Merdeka!!!! (mahasiswa bersorak-sorai setelah Suharto turun dari jabatannya)
B.J.Habibie: Demi Allah saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden RI dengan sebaik-baiknya.
Mahasiswa: Indonesia Merdeka!!
Mahasiswa 1: Yang mau tolak Habibie tepuk tangan (prok prok prok) 3X
Mahasiswa 2: Habibie pun tak luput dari tindak KKN! BELIAU JUGA MELAKUKAN KKN! APA KITA INGIN, BANGSA KITA DIPIMPIN OLEH PEMIMPIN KKN?!
Ketua: Sumpah mahasiswa Indonesia! Kami mahasiswa Indonesia bersumpah! Bertanah air satu! Tanah air tanpa penindasan! Kami mahasiswa Indonesia bersumpah! Berbangsa satu! Bangsa penuh keadilan! Kami mahasiswa Indonesia bersumpah! Berbahasa satu! Bahasa tanpa kebohongan! Hidup rakyat!! HIDUP RAKYAT!!!
(Kembali ke mahasiswa 1 dan mahasiswa 2)
Ketua: Negeri ini dikuasai oleh fasis, militer yang sewenang-wenang menginjak-injak hak rakyat, menginjak-injak kita semua. ABRI! ABRI! Tugasnya dwifungsi! Harusnya melindungi rakyat kini tak ubahnya seperti NAZI! Tidak ubahnya seperti fasis Itali!!. Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Tidak berguna. Bubarkan saja (song)


20 Mei 1998

            Seminggu kemudian mahasiswa berhasil menduduki gedung MPR tanpa perlawanan berarti dari aparat keamanan.
DUARRR DUARRRRR
Ketua: Hari ini kita berhasil menduduki gedung MPR. Namun, selain membawa berita menggembirakan ini, ada hal lain yang tak kalah menyedihkan. Ke empat sahabat baik kita Hery, Hafidhin,Elang,dan Hendriawan meninggal di rumah sakit Sumber Waras karena tertembak peluru karet. Kemarin, setelah saya sampai di rumah sakit, tubuh mereka sudah tertutupi selimut. Mari kawan kita doakan mereka di hari Kebangkitan Nasional ini. Kawan, kita lanjutkan perjuangan yang telah mereka bayar dengan nyawa. Kita harus bisa bangkit! Jangan takut untuk mati! Ingatlah, bawa Tuhan Yang Maha Esa selalu berada di sisi kalian! MERDEKA!!
(Indonesia Raya’s song)

28 Oktober 1998

Komandan: Sersan.
Aparat 2: Siap!
Pemimpin: Kerahkan seluruh serdadu untuk menghadapi demonstrasi mahasiswa.
Aparat 2: Siap!
Komandan : Siapkan juga ribuan peluru karet yang persediaannya semakin menipis.
Aparat 2: Siap!
            Dalam pandangan pihak militer, anak-anak kelas menengah Indonesia ini adalah musuh Negara yang tidak bisa diatur.  Di dalam gedung MPR tengah dilaksanakan Sidang Istimewa, namun beranggotakan era Suharto yang semakin membuat mahasiswa geram.
Mahasiswa: Pasti menang!! Pasti menang! Lawan, lawan,lawan dan menang! Kita semua pasti kan menang!!!!!
(Di dalam gedung MPR)
Ketua MPR: Untuk membahas persiapan pemilu tahun 1999, Sidang Istimewa MPR dibuka!!
(seluruh peserta bertepuk tangan!!)

(Halaman MPR)
Ketua: Sia-sia pengorbanan kami, dibunuh, ditembaki semuanya jika pemerintah tetap tidak menaruh perhatian seinci pun pada kami.
(Gugur Bunga’s song)
Ketua: Ucapan kami tidak pernah digubris oleh pemerintah!!! Kami benci! Kami benci terhadap siapapun yang tidak diajari untuk menghargai pendapat orang lain! Kami dibunuh! Kami ditembaki!!
(Satu Nusa Satu Bangsa’s song)
  
12 November 1998

Ketua: Siapkan bus-bus umum untuk mengangkut mahasiswa lain ke halaman gedung MPR. Besok hari terakhir Sidang Paripurna.
Mahasiswa: Baik.

13 November 1998
             
Sepanjang sidang istimewa mahasiswa terus turun ke jalan. Pada hari ini mahasiswa berusaha menembus garis batas 2 km dari gedung MPR dan harus menghadapi pemukulan yang semakin kerap dan brutal. Malam semakin larut, tembakan makin menderas dan korban semakin berjatuhan
Ketua+Mahasiswa: PEMBUNUH!! PEMBUNUH!!!
DUARRR DARRRRR DUARRRRRRRRRRRRRRRRRRR
BRUKKK
BRKKKK
BRKKKK (mahasiswa banyak yang tewas)
Aparat: Kita menang!! Kita menang!
Ayah seorang mahasiswa: Karena anak laki-laki saya terbunuh! Saya ingin mengatakan kepada kalian. Para pejuang muda, jangan berhenti sampai disini!!!!! Lanjutkan perjuangan kalian!!
(Gugur Bunga’s song)
(Kami menang… aparat meneriakkan kami menang terus menerus)
(Mahasiswa memberikan bungaa)
            Drama ini didedikasikan kepada segenap mahasiswa dan rakyat Indonesia yang telah menyumbangkan segalanya, bahkan jiwa mereka untuk berjuang membela kebenaran, keadilan, dan demokrasi. Selamat jalan Elang Mulia Lesmana, Hafidhin Royan, Hery Haryanto, dan Hendriawan Sie 4 mahasiswa Trisakti yang tewas dalam tragedi 1998. Semoga Tuhan memberkati mereka. Dan juga untuk ABRI yang dengan gagah berani berupaya memerangi segala kekuatan yang anarkis, bertempur mati-matian melawan mahasiswa yang bersenjatakan poster dan megafon. Semoga Tuhan mengampuni mereka.
            SELAMAT HARI PAHLAWAN UNTUK SEGENAP LAPISAN BANGSA!