TRAGEDI
TRISAKTI
Pemeran:
- Pak
Soeharto: Andre
- Pak
Habibie: Yudhistira
- Ajudan:
Putri
- Perwakilan
Menteri: Hamka
- Perwakilan
Ulama: Doni
- Tokoh
Masyarakat: Yola
- Mahasiswa
1: Mila
- Mahasiswa
2: Wayan
- Mahasiswa
3: Hanifa
- Mahasiswa
lain: Yanti, Vira, Panca, Komang, Ketut
- Hery:
Rimba
- Hafidhin:
Agita
- Ketua:
Retma
- Hendriawan:
Susan
- Aparat
1: Nanang
- Aparat
2: Rama
- Aparat
lain: Ummu, Aulia, Vani, Estri, Farida, Astrilia, Usman
- Komandan:
Apit
- Ketua
MPR: Zulia
Assalamualaikum
wr.wb
Pada mei 1998, Indonesia mengalami pukulan terberat
krisis ekonomi yang menerpa Asia Timur. Meningkatnya inflasi dan pengangguran
menciptakan penderitaan di mana-mana. Ketidakpuasan terhadap pemerintah yang
lamban dan merajalelanya korupsi juga meningkat. April 1998 segera setelah
Suharto terpilih kembali sebagai presiden, mahasiswa dari berbagai Universitas
di seluruh tanah air menyelenggarakan demonstrasi besar-besaran. Mereka
menuntut pemilu ulang dan tindakan efektif pemerintah untuk mengatasi krisis.
Ini adalah insiden terbaru, ketika mahasiswa Indonesia meneriakkan aspirasi
rakyat dan dipukuli karena dianggap menimbulkan kekacaun.
Gerakan
Mahasiswa di Indonesia
(12
mei 1998-17 desember 1998)
10
Mei 1998
Mahasiswa 2: Hei Hei .. (memasuki halaman
Universitas dengan lari tergopoh-gopoh)
Ketua
dan lain-lain sedang mendiskusikan tugas di halaman
Mahasiswa 1: Ada apa? Kenapa kau berlari seperti
itu?
Mahasiswa 2: Hosh hoshhh. Aku baru saja melihat
televisi di warung depan. Suharto terpilih lagi menjadi presiden!
Mahasiswa 1: Benar begitu?!
Mahasiswa 2: Iya.
Mahasiswa 3: Gila! Ini benar-benar situasi rumit!
Kawan, sudah lelah kita dipimpin oleh pemerintahan kolot seperti dia!!! Hah!
Aku benar-benar tak habis pikir!
Ketua: Suharto dipilih lagi oleh para perut besar
itu?! Ya Allah! Ini benar-benar sudah menyalahi aturan. Kita harus segera
berontak!!
Mahasiswa 1: Apa yang harus kita lakukan sekarang?
Ketua: Tidak ada cara lain lagi.
Mahasiswa 2: Sejujurnya , kita lelah dengan semua
ini. Pemerintah yang tak pernah memperhatikan nasib rakyat di berbagai wilayah
menjadi bukti. Saya merasa kasihan melihat mereka. (tatapan muka sedih)
Hery: Itu benar. Kita harus segera berontak!
Ketua: Siapkan poster dan perlengkapan lainnya
kecuali senjata tajam. Tanggal 12 mei nanti kita semua berkumpul di halaman
Universitas ini untuk berdemo. Apa yang kita lakukan nanti yang pasti untuk
masa depan Indonesia.
Hafidhin: Kenapa tidak boleh membawa senjata tajam?
Ketua: Niat kita hanya untuk berdemo, bukan untuk
membunuh. Kita hanya menyampaikan aspirasi untuk meruntuhkan rezim kakek tua biadab
itu.
Hafidhin: Oke. Nanti aku, Elang, Hery, dan
Hendriawan Sie akan mempersiapkan poster.
Ketua: Baiklah. Dan untuk mahasiswa lain, hubungi
anak-anak dari Universitas di seluruh Indonesia untuk melakukan demonstrasi
bersama.
Seluruh mahasiswa: Baik.
11
Mei 1998
Saat mentari belum
sepenuhnya bangun dari peraduan, seluruh mahasiswa Trisakti sudah berkumpul di
halaman kampus. Poster-poster dan suara-suara mahasiswa yang dituangkan dalam
tulisan tangan rapuh menjadi saksi bisu kekecewaan mahasiswa kepada para wakil
rakyat. Tujuan mereka hanya satu. Mereka hanya ingin membangun Negara Indonesia
menjadi Negara demokrasi.
Mahasiswa 3: Selamat pagi semuanya.
Mahasiswa: Pagi.
Mahasiswa 1: Sesuai dengan perjanjian kemarin, kita
semua berkumpul di halaman Universitas ini untuk berdemo menuntut agar Suharto
turun dari kursi pemerintahan.
Mahasiswa 2: Ya, demo yang kita lakukan ini bukan
untuk aksi sepele. Hari ini masa depan bangsa ada di tangan kita semua.
Ketua: Apapun hasil yang telah kita capai, yang
pasti kita hanya ingin keselamatan. Apakah kalian semua siap untuk berdemo?!
Apakah kalian semua siap untuk masa depan bangsa?! Apakah kalian siap untuk
mengorbankan nyawa kalian, jika terjadi sesuatu?!
Mahasiswa: Siap!!!
Hery: Bagaimana dengan perlengkapaan yang
dibutuhkan?
Hafidhin: Seluruh bahan perlengkapan sudah siap.
Ketua: Bagus. Kita tinggal meminta izin kepada
aparat untuk berdemo. Ayo!
Hendriawan: Ayo. Kita berdua saja.
……………………………
Hendriawan: Pak, maaf menggangu waktu bapak. Kedatangan
kami kemari untuk meminta izin bapak untuk berdemo di halaman gedung MPR.
Aparat 1: Apa? Bukankah Kepala Universitas Trisakti
sudah mengatakan, bahwa kalian hanya boleh berdemonstasi di halaman Universitas
saja.
Ketua: Iya sudah. Kami sudah mendengar penjelasan
dari bapak Kepala Universitas. Tapi ini masalah Hak asasi manusia pak. Kami
hanya ingin menyampaikan aspirasi kami. Kami hanya ingin berdemo di depan
gedung MPR agar para wakil rakyat bisa langsung mendengar kami! Kami tidak
ingin dikekang!
Aparat 2: Sesuai anjuran atasan kami, kalian hanya
boleh berdemo di halaman Universitas. Tidak boleh melanggar lebih dari itu.
Atau kalian akan tahu akibatnya nanti.
Hafidhin: Apapun yang akan bapak nyatakan, kami akan
membantah jika hal itu memaksa kami untuk melakukan sesuatu. Kita lihat saja
besok.
12
Mei 1998
(Halaman gedung MPR)
Ketua: NIAT KAMI BAIK UNTUK MENYAMPAIKAN ASPIRASI!
Mahasiswa 2 (diikuti oleh mahasiswa lain): TURUN
SUHARTO! TURUN SUHARTO! TURUN SUHARTO SEKARANG JUGA!
Aparat 1: Jika mahasiswa bertindak lebih dari ini,
kita harus cepat melakukan sesuatu. (berbisik kepada kawannya)
Aparat 2: Iya. Komandan juga menyatakan hal yang
sama.
Ketua: KAMI INGIN BERDEMO DI DEPAN GEDUNG MPR!
Aparat 1: Apa yang akan menjadi tanggung jawab kami
akan terus kami emban. Kalian tetap tidak boleh berdemo di depan gedung MPR.
Hery: Maafkan kami, jika kami membantah bapak
pelindung masyarakat!
Ketua: Siap-siap bergerak kawan! Insyaallah kita
bisa mewujudkan reformasi! Apa yang kita lakukan hari ini untuk masa depan
Indonesia! Untuk anak cucu kita! Panjatkan doa dalam hati! Jangan takut! Ada
Tuhan di samping kita! MAJU!!!
DUAR DUARR DDUARRR DUARRRR (tembakan dari aparat
menjadi pembuka demonstrasi mahasiswa)
13
Mei 1998
(Di dalam Istana Negara)
Suharto: Sebelumnya assalamualaikum wr. wb (dijawab
salam). Terima kasih atas kedatangan anda disini. Tujuan saya untuk mengumpulkan
para menteri, tokoh masyarakat, dan para ulama adalah untuk membantu saya dalam
mempertahankan pemerintahan 5 tahun mendatang. Pastinya kita semua tahu bahwa
para mahasiswa telah berdemo di halaman gedung MPR untuk menurunkan saya dari
jabatan presiden. Apa yang mereka sebut dengan korupsi,kolusi,nepotisme dan
lain-lain ini tidak sepenuhnya benar. Buktinya banyak masyarakat mayoritas
mengatakan bahwa dalam pemerintahan saya, mereka sejahtera. Nah,yang saya
inginkan adalah mendapat dukungan dari anda sekalian. Karena anda adalah
orang-orang terpercaya yang saya pilih untuk tetap mendampingi saya.
(hening sejenak)
Suharto: (tersenyum kecil) Sudah saya duga, pasti
anda sekalian tetap mendukung saya untuk pemerintahan mendatang.
Ulama: Maaf, kami tidak dapat mendukung bapak. Bukan
saya membela mahasiswa, tapi ini masalah hati nurani. Saya rela jika saya
dibunuh setelah ini. (sambil menundukkan kepalanya)
Tokoh masyarakat: Kami juga. Banyak masyarakat dan
mahasiswa mengadu kepada saya bahwasannya mereka menginginkan pemerintahan
bapak turun. (menundukkan kepala)
Suharto: Apa?! (Pak Suharto memijit kepalanya yang
terasa pusing)
Menteri: Kami juga sudah membuat keputusan pak.
Suharto: Saya yakin kalian akan membantu saya untuk
meyakinkan mahasiswa bahwa saya tidak seperti apa yang mereka kira selama ini.
Menteri: Saya dan 13 kementerian lain akan
mengundurkan diri. Terima kasih. (menteri meninggalkan ruang utama)
(suasana penuh ketegangan)
Tokoh masyarakat dan ulama: Terima kasih pak. Kami
permisi dahulu.
Suharto:Ajudan! (dengan wajah penuh amarah)
Ajudan: Siap!
Suharto: Apa yang harus saya lakukan sekarang?
Apakah saya benar-benar harus mengundurkan diri?!!
Ajudan: Ti..tidak ada jalan lain pak. (dengan wajah
penuh kecemasan dan gugup)
Suharto: Saya bahkan baru menjabat presiden bulan
lalu.
Ajudan: …..
Suharto: Namun, jika saya terus menjalankan roda
pemerintahan siapa yang akan membantu saya?. 14 kementerian sudah mengundurkan
diri. Apa saya harus mengangkat para menteri yang baru?. Bahkan, saya tidak memecat
mereka. Ini keputusan yang sangat sulit.
Ajudan: Bapak Presiden yang terhormat, jika saya
boleh memberi saran, bapak ikuti saja kemauan mahasiswa, selain untuk kebaikan
bapak yang saya lihat akhir-akhir ini sering lelah , keputusan bapak pasti dapat
membuat mereka mematahkan persepsi bahwa bapak tidak seperti apa yang mereka
pikirkan. Lagipula, bukankah ada bapak B.J.Habibie yang nantinya akan
menggantikan bapak?
Suharto: BRAKKK! (memukul menja) Jadi kau membela
para mahasiswa tengik itu?!
Ajudan: B..Bukan begitu p..pak. Maaf.. maafkan saya.
(membungkuk beberapa kali)
Suharto: Saya masih belum rela melepas jabatan saya
sebagai kepala Negara dan pemerintahan. (nada bicaranya melunak). Saya tidak
ikhlas jika Negara Indonesia yang kaya raya ini jatuh ke tangan B.J.Habibie.
(memijit kepalanya). Para mahasiswa itu memang pantas dibunuh!!
14
Mei 1998
DUARRR DUARRRRR
Mahasiswa
banyak berjatuhan. Mereka mati syahid dalam membela kebenaran. Pemimpin dari
aksi demonstrasi ini menghampiri salah seorang mahasiswa yang masih saja
mengumandangkan suara-suara anak bangsa.
Mahasiswa 1:
SUARA-SUARA RAKYAT DIBUNGKAM PELURU! PARA DOSEN MERASA SEAKAN TEMBOK BERISI
WAJAH-WAJAH TNI! DAN, AKSI DEMONSTRASI MAHASISWA DIJEGAL DENGAN TANK-TANK BESI!
BANGKITLAH KAWANKU! AYO KITA MAJU! MERDEKA!
Mahasiswa: Merdeka!!!
(Satu Nusa Satu Bangsa’s Song)
Ketua: Berapa banyak korban terlukan dan tewas?
Mahasiswa 1: Ratusan.
Ketua: Dimana mereka dirawat?
Mahasiswa: Di Rumah Sakit Sumber Waras. Mereka
sedang mendapat perawatan. Hery, Hafidhin,Elang,dan Hendriawan juga salah
satunya.
Ketua: Lanjutkan perjuangan kawan! Saya akan
menengok keadaan mereka.
Seluruh Mahasiswa: TURUNKAN SUHARTO! TURUNKAN
SUHARTO! TURUNKAN SUHARTO! TURUNKAN SUHARTO SEKARANG JUGA!!
……………………………………………………………………
(Di dalam gedung MPR)
Suharto: Untuk memperhatikan ketentuan pasal 8
dengan itu saya memutuskan untuk menyatakan berhenti. Untuk menghindari
kekosongan pemerintahan, posisi presiden akan digantikan oleh wakilnya.
Mahasiswa: Indonesia Merdeka!!!! (mahasiswa
bersorak-sorai setelah Suharto turun dari jabatannya)
B.J.Habibie: Demi Allah saya bersumpah akan memenuhi
kewajiban Presiden RI dengan sebaik-baiknya.
Mahasiswa: Indonesia Merdeka!!
Mahasiswa 1: Yang mau tolak Habibie tepuk tangan
(prok prok prok) 3X
Mahasiswa 2: Habibie pun tak luput dari tindak KKN!
BELIAU JUGA MELAKUKAN KKN! APA KITA INGIN, BANGSA KITA DIPIMPIN OLEH PEMIMPIN
KKN?!
Ketua: Sumpah mahasiswa Indonesia! Kami mahasiswa
Indonesia bersumpah! Bertanah air satu! Tanah air tanpa penindasan! Kami mahasiswa
Indonesia bersumpah! Berbangsa satu! Bangsa penuh keadilan! Kami mahasiswa
Indonesia bersumpah! Berbahasa satu! Bahasa tanpa kebohongan! Hidup rakyat!!
HIDUP RAKYAT!!!
(Kembali ke mahasiswa 1 dan mahasiswa 2)
Ketua: Negeri ini dikuasai oleh fasis, militer yang
sewenang-wenang menginjak-injak hak rakyat, menginjak-injak kita semua. ABRI!
ABRI! Tugasnya dwifungsi! Harusnya melindungi rakyat kini tak ubahnya seperti
NAZI! Tidak ubahnya seperti fasis Itali!!. Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia. Tidak berguna. Bubarkan saja (song)
20
Mei 1998
Seminggu
kemudian mahasiswa berhasil menduduki gedung MPR tanpa perlawanan berarti dari
aparat keamanan.
DUARRR DUARRRRR
Ketua: Hari ini kita berhasil menduduki gedung MPR.
Namun, selain membawa berita menggembirakan ini, ada hal lain yang tak kalah
menyedihkan. Ke empat sahabat baik kita Hery, Hafidhin,Elang,dan Hendriawan
meninggal di rumah sakit Sumber Waras karena tertembak peluru karet. Kemarin,
setelah saya sampai di rumah sakit, tubuh mereka sudah tertutupi selimut. Mari
kawan kita doakan mereka di hari Kebangkitan Nasional ini. Kawan, kita
lanjutkan perjuangan yang telah mereka bayar dengan nyawa. Kita harus bisa
bangkit! Jangan takut untuk mati! Ingatlah, bawa Tuhan Yang Maha Esa selalu
berada di sisi kalian! MERDEKA!!
(Indonesia Raya’s song)
28
Oktober 1998
Komandan: Sersan.
Aparat 2: Siap!
Pemimpin: Kerahkan seluruh serdadu untuk menghadapi
demonstrasi mahasiswa.
Aparat 2: Siap!
Komandan : Siapkan juga ribuan peluru karet yang
persediaannya semakin menipis.
Aparat 2: Siap!
Dalam pandangan pihak militer, anak-anak kelas menengah
Indonesia ini adalah musuh Negara yang tidak bisa diatur. Di dalam gedung MPR tengah dilaksanakan Sidang
Istimewa, namun beranggotakan era Suharto yang semakin membuat mahasiswa geram.
Mahasiswa: Pasti menang!! Pasti menang! Lawan,
lawan,lawan dan menang! Kita semua pasti kan menang!!!!!
(Di dalam gedung MPR)
Ketua MPR: Untuk membahas persiapan pemilu tahun
1999, Sidang Istimewa MPR dibuka!!
(seluruh peserta bertepuk tangan!!)
(Halaman MPR)
Ketua: Sia-sia pengorbanan kami, dibunuh, ditembaki
semuanya jika pemerintah tetap tidak menaruh perhatian seinci pun pada kami.
(Gugur Bunga’s song)
Ketua: Ucapan kami tidak pernah digubris oleh
pemerintah!!! Kami benci! Kami benci terhadap siapapun yang tidak diajari untuk
menghargai pendapat orang lain! Kami dibunuh! Kami ditembaki!!
(Satu Nusa Satu Bangsa’s song)
12
November 1998
Ketua: Siapkan bus-bus umum untuk mengangkut
mahasiswa lain ke halaman gedung MPR. Besok hari terakhir Sidang Paripurna.
Mahasiswa: Baik.
13
November 1998
Sepanjang sidang istimewa mahasiswa terus turun ke jalan.
Pada hari ini mahasiswa berusaha menembus garis batas 2 km dari gedung MPR dan
harus menghadapi pemukulan yang semakin kerap dan brutal. Malam semakin larut,
tembakan makin menderas dan korban semakin berjatuhan
Ketua+Mahasiswa: PEMBUNUH!! PEMBUNUH!!!
DUARRR DARRRRR DUARRRRRRRRRRRRRRRRRRR
BRUKKK
BRKKKK
BRKKKK (mahasiswa banyak yang tewas)
Aparat: Kita menang!! Kita menang!
Ayah seorang mahasiswa: Karena anak laki-laki saya
terbunuh! Saya ingin mengatakan kepada kalian. Para pejuang muda, jangan
berhenti sampai disini!!!!! Lanjutkan perjuangan kalian!!
(Gugur Bunga’s song)
(Kami menang… aparat meneriakkan kami menang terus
menerus)
(Mahasiswa memberikan bungaa)
Drama ini didedikasikan kepada segenap mahasiswa dan
rakyat Indonesia yang telah menyumbangkan segalanya, bahkan jiwa mereka untuk
berjuang membela kebenaran, keadilan, dan demokrasi. Selamat jalan Elang Mulia Lesmana,
Hafidhin Royan, Hery Haryanto, dan Hendriawan Sie 4 mahasiswa Trisakti yang
tewas dalam tragedi 1998. Semoga Tuhan memberkati mereka. Dan juga untuk ABRI
yang dengan gagah berani berupaya memerangi segala kekuatan yang anarkis,
bertempur mati-matian melawan mahasiswa yang bersenjatakan poster dan megafon.
Semoga Tuhan mengampuni mereka.
SELAMAT HARI PAHLAWAN UNTUK SEGENAP LAPISAN
BANGSA!